PENDAHULUAN Baru-baru ini dilaporkan kasus dermatitis irritans di Surabaya (2012) akibat kumbang Paederus sp. (awam mengenal dengan istilah “Tomcat”).
BIOEKOLOGI Paederus sp. Klasifikasi taksonomi Paederus sp. sebagai berikut : Phylum : Arthropoda Kelas : Hexapoda Ordo : Coleoptera (kumbang) Famili : Staphylinidae Genus : Paederus Spesies : Paederus littorarius, Paederus Fuscipes
Kumbang ini dikenal dengan nama semut semai, semut kayap (rove beatle), kumbang jelajah dan nama lainnya disetiap wilayah di Indonesia memiliki nama tersendiri.
Umum ditemukan diseluruh dunia, khususnya daerah tropis. Kumbang ini sesungguhnya tergolong serangga berguna karena berperan sebagai predator aktif pada beberapa serangga pengganggu tanaman padi, seperti wereng batang coklat, wereng punggung putih, wereng zigzag, wereng hijau dan hama kedelai.
MORPHOLOGI Paederus sp.
HABITAT DAN PERILAKU Paederus sp.
LAPORAN KEJADIAN DERMATITIS AKIBAT KUMBANG Paederus sp.
Terjadi di 12 Kabupaten/Kota dengan jumlahpenderita 610 orang. Selain itu, melanda juga di wilayah-wilayah seperti Mataram-NTB, Umbulharjo-DIY, Bekasi Timur, Tangerang Selatan, Palu-Sulteng, Garut-Jabar.
BAGAIMANA KUMBANG INI BISA BERPERAN SEBAGAI HAMA BAGI MANUSIA?
Kumbang dewasa berpindah dari habitatnya dengan berjalan di permukaan tanah atau melalui tajuk tanaman.
Pada malam hari ia tertarik pada lampu pijar dan neon, dan sebagai akibatnya, secara tidak sengaja bersentuhan dengan kehidupan manusia.
Kumbang ini tidak menggigit atau menyengat, tapi secara tidak disengaja tersapu atau tergaruk tangan sehingga bagian tubuhnya hancur di atas kulit. Ketika itu ia akan mengeluarkan cairan hemolimfe, yang berisi pederin (C25H45O9N), zat kimia iritan kuat, yang akan menimbulkan reaksi gatal-gatal, rasa terbakar, eritema dan mengalir keluar 12-48 jam kemudian.
Keberadaan bakteri endosymbiotic gram negatif tertentu pada betina (+) tampaknya berperan penting untuk sintesis pederin. DNA dari bakteri simbiotik tergolong dalam genus Pseudomonas, dan Pseudomonas aeruginosa.
GEJALA KLINIS AKIBAT Paederus sp.
Kulit yang terkena (biasanya daerah kulit yang terbuka) dalam waktu singkat akan terasa panas. Setelah 24-48 jam akan muncul gelembung pada kulit dengan sekitar berwarna merah (erythemato-bullous lession) yang menyerupai lesi akibat terkena air panas atau luka bakar.
TATALAKSANANA KASUS PADA PENDERITA AKIBAT Paederus sp.
SEPULUH UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT
1. | Jika menemukan serangga ini, jangan dipencet, agar racun tidak mengenai kulit. |
2. | Hindari terkena kumbang ini pada kulit terbuka. |
3. | Bila kumbang di kulit kita, singkirkan hati-hati, meniup atau mengunakan kertas. |
4. | Jangan menggosok kulit dan atau mata bila kumbang ini terkena kulit. |
5. | Segera cuci dengan air mengalir dan sabun pada kulit yang bersentuhan dengan kumbang. |
6. | Usahakan pintu tertutup dan bila ada jendela diberi kasa nyamuk untuk mencegah kumbang ini masuk. |
7. | Tidur menggunakan kelambu. |
8. | Lampu diberi jaring pelindung untuk mencegah kumbang jatuh ke manusia. |
9. | Semprot dengan insektisida rumah tangga, harus dipastikan terkena langsung pada serangga sasaran. |
10. | Bersihkan lingkungan rumah, terutama tanaman yang tidak terawat yang ada disekitar rumah yang bisa menjadi tempat kumbang Paederus. |
UPAYA PENGENDALIAN POPULASI Paederus sp. DI PERMUKIMAN
Jika populasi Paederus sp. sedikit, maka lakukan penyemprotan langsung pada target serangga dengan insektisida rumah tangga.
Jika populasi Paederus sp. padat pada permukiman, maka lakukan penyemprotan residual, dengan tetap mengedepankan pemakaian insektisida nabati.
UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT, SILAHKAN MENGHUBUNGI SUBDIT PENGENDALIAN VEKTOR, DIREKTORAT PENGENDALIAN PENYAKIT DAN BERSUMBER BINATANG (DIT PPBB) KEMENTERIAN KESEHATAN RI Telp/fax :(021) 4247573 Email : [email protected]
verawati22sianipar
bermanfaat sekali ilmunya